Rabu, 30 Januari 2013

I Do What I Love, I Love What I Do


Beberapa teman bertanya padaku, "Kenapa kamu bisa dapet IP segitu Riz?", "Kamu tiap hari belajar?", dan banyak jenis pertanyaan yang lain. Mungkin aku sendiri bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Jika aku diam, mungkin mereka pikir aku sombong. Tapi jika aku harus menjawab, aku tak tahu dari mana aku harus mulai.
Setelah aku merenungi semua itu, aku baru tahu apa yang terjadi sebenarnya. Seorang Rizka yang tampak bodoh saat di SMA, seorang Rizka yang tampak selalu main-main saat di SMA, dan juga seorang Rizka yang malas juga saat di SMA. Mengapa semua itu bisa terjadi? Mengapa image seorang Rizka yang sekarang tiba-tiba berubah? Bukan mau sombong, tapi mungkin Rizka memang sudah berubah. mengapa?
Belakangan ini aku tahu kenapa aku bisa berubah. Saat SMA, mungkin aku terlalu terbebani dengan nama besar IPA yang sangat mengerikan. Kimia, Fisika, Biologi...aku tak menyukai pelajaran-pelajaran itu. Bukan karena gurunya, tapi lebih karena diriku sendiri yang memang tak suka. Lalu kenapa memilih IPA? Entahlah..semua itu terjadi begitu saja.
Mungkin aku melakukan kesalahan karena telah memilih hal yang tidak aku sukai. Dan aku pun nyaris melakukan hal yang sama saat menentukan mau melanjutkan kuliah dimana. Aku hampir kembali terperosok dalam nama besar jurusan-jurusan yang berprospek baik dan tentunya memiliki gengsi tersendiri. Mungkin akan ada Rizka yang bodoh dan malas lagi kalau aku benar-benar masuk ke jurusan-jurusan itu. Tuhan Maha Adil.
Geografi..pada awalnya aku pun tak terlalu menyukai pelajaran itu. Tapi aku lantas berpikir bahwa sepanjang itu masih tentang bumi, tak ada salahnya untuk menyukainya. Dan benar, aku sekarang sangat mencintai geografi.
Jadi, aku tahu tentang semuanya sekarang. Aku tahu kenapa aku menjalani kuliah dengan begitu rileks dan bahagia. Mengerjakan tugas dengan senang hati, dan belajar juga dengan semangat. semua itu karena aku mencintai geografi. Ibaratnya seperti kita mencintai lawan jenis, seakan tak berat jika harus berkorban dan berjuang. Seperti itulah hal yang selama ini aku alami. mungkin aku cukup terlambat untuk menyadarinya, tapi aku benar-benar mencintai geografi sekarang, dan aku ikhlas melakukan apapun disini. Itulah yang memberiku motivasi dan kekuatan untuk terus berjuang. Aku tak lagi menyesal karena aku memilih geografi. Lagi-lagi Tuhan Maha Adil.
Bagiku, dibandingkan dengan kepandaian, bakat, ataupun uang, rasa cinta terhadap apa yang aku lakukan adalah hal yang terpenting. Sekarang aku selalu berpikir bahwa bukan kepandaian yang menciptakan rasa cinta, tapi kepandaian itu akan senantiasa berkembang jika ada cinta di dalamnya. Lalu bakat, itu bukan hal yang mutlak untuk dimiliki, bakat bisa dibangun dan bisa diperjuangkan. Apalagi uang. It's not about money, guys! Trust me..
Bagiku, kecintaan pada apa yang kita lakukan dapat memberikan kekuatan yang sangat besar. Karena dengan rasa cinta, kita tak akan merasa berat hati untuk berusaha, semuanya mengalir begitu saja dan tanpa kita sadari, semua akan bermuara di suatu tempat yang disebut dengan Kesuksesan. Aku juga menyadari bahwa rasa cinta adalah sumber motivasi. Motivasi yang melarang kita untuk jadi pribadi yang malas. Siapa bilang malas itu merupakan suatu karakter yang tidak bisa diubah? Mengubah karakter itu sangat mudah. Asal ada kemauan, usaha, dan keikhlasan, malas akan berubah menjadi rajin. Hanya perlu ikhlas..
Jadi teman-teman, aku hanya melakukan apa yang aku cintai, dan selanjutnya aku mencintai apa yang aku lakukan. Semuanya akan berjalan sesuai apa yang kita harapkan. Kuncinya adalah cinta :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar