Kamis, 03 Februari 2011

8 tempat di Dieng yang bisa dikunjungi untuk belajar ilmu kebumian

1.   TELAGA CEBONG
Telaga Cebong adalah sebuah telaga yang terletak di Sembungan, yaitu desa tertinggi di Jawa Tengah. Telaga Cebong disamping dimanfaatkan untuk pariwisata, juga dimanfaatkan masyarakat setempat untuk pengairan lahan pertanian yang berupa sayur mayur.
2.   GUNUNG SIKUNIR
Gunung Sikunir merupakan salah satu gunung yang berada di Dieng. Gunung ini memiliki ketinggian kurang lebih 2300 m dpl. Gunung ini nampak seperti puncak yang berdiri sendiri, namun sebenarnya gunung ini tidak berdiri sendiri. Gunung-gunung yang ada di sekitar gunung ini telah tererosi. Gunung ini ditumbuhi oleh vegetasi paku-pakuan.
Di samping gunung ini terdapat lembah atau valley yang menjadi tempat terjadinya pertemuan kabut tipis dengan kabut lain yang lebih tipis dan akhirnya terjadi turbulensi. Kabut yang mengalami turbulensi tersebut naik menjadi kabut yang lebih tebal. Teori yang menjelaskan peristiwa ini disebut teori Collision.
3.   KAWAH SIKIDANG
Kawah Sikidang ini terjadi karena air tanah yang masuk ke bidang sesar terpanasi oleh magma lalu mendapatkan tekanan dan menyemburkan lumpur.
Kawah ini dinamakan kawah Sikidang karena letaknya yang selalu berpindah-pindah dan selalu melompat seperti kijang (dalam bahasa jawa disebut kidang). Karena letaknya yang selalu berpindah-pindah, kawah ini menjadi sangat luas. Hal ini menyebabkan terbentuknya padang solfatara (hamparan belerang) di kawah Sikidang. Suhu air yang berada di kawah ini berkisar antara 85°C sampai 95°C.
Intensitas kawah ini sangat fluktuatif, tergantung pada ketebalan atau intensitas curah hujan. Semakin banyak curah hujan, semburannya semakin kuat, dan begitu pula sebaliknya.
Di kawah Sikidang juga terdapat batuan andesit yang mengalami pelapukan mengulit bawang. Pelapukan ini hanya mampu melapukkan bagian batuan yang mengarah ke hujan dan matahari.
4.   TELAGA WARNA
Telaga warna adalah sebuah bekas kawah. Hal ini dapat diketahui karena terdapat gelembung-gelembung gas.
Banyak orang menyebut bahwa telaga ini memiliki 3 warna, namun ada juga yang menyebut bahwa telaga ini memiliki 5 ataupun 7 warna.
Warna-warna yang terdapat di telaga ini antara lain :
a.    Merah kecoklatan  : warna ini berasal dari jasad organisme yang sudah mati
b.    Kekuningan                       : warna ini berasal dari belerang yang ada di telaga
c.    Biru dan hijau        :  warna ini mengisyaratkan kedalaman air
Di telaga warna terdapat lava block yang cenderung andesit agak basa membentuk rongga antar bongkah.
5.   TELAGA MERDADA
Telaga Merdada memiliki PH keasaman tanah 5,8. Pada tahun 1971-1985 telaga Merdada ini masih digunakan sebagi sumber air minum untuk masyarakat sekitar, khususnya desa Karang Tengah.
Pada awalnya, daerah di sekitar telaga Merdada digunakan sebagai usaha untuk pertanian jamur karena usaha jamur yang berada di telaga Warna mengalami kerugian karena mengandung kadar belerang yang tinggi sehingga investor kurang menyukai.
Telaga Merdada terbentuk karena letusan eksplosif sehingga mampu menjebol dinding gunung Pangonan. Secara konseptual telaga Merdada merupakan  telaga dan tidak dikategorikan sebagai danau, karena tidak memenuhi unsur-unsur danau, yakni :
a.    Terdapat gelombang di tepinya
b.    Adanya gradasi atau perubahan suhu
c.    Tidak ada vegetasi di tengah-tengah perairan
Saat ini telaga Merdada beralih fungsi dari sumber air minum ke pengairan untuk pertanian. Pada musim kemarau terdapat ratusan saluran air yang mengelilingi telaga. Pada tahun 1970-an tidak terdapat lahan pertanian yang mengelilingi telaga Merdada. Akibatnya telaga menjadi :
a.    Tercemar oleh pestisida
b.    Terkena erosi
c.    Tepi telaga menjadi dangkal
d.    Danau menjadi dangkal
e.    Telaga menjadi sempit
6.   SUMUR JALATUNDO
Sumur Jalatundo terletak di daerah yang merupakan patahan. Di sebelah timur sumur Jalatundo terdapat gunung Nagasari. Batuan yang terdapat d sumur tersebut adalah batuan andesit basa. PH tanahnya adalah 6,4.
Air sumur ini tidak bertambah dan tidak berkurang meskipun di musim penghujan atau kemarau. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut menempati sebuah bidang yang hancur karena sesar sehingga banyak retakan di sekitarnya. Retakan ini yang menyebabkan air sungai bisa masuk ke sumur pada musim kemarau sehingga sumur tidak mengalami kekeringan. Di saat musim penghujan terjadi hal yang sebaliknya yaitu air dari sumur keluar melalui retakan-retakan yang ada. Di sumur ini penguapan juga minimal karena udara yang datang langsung membentur tebing yang membatasi sumur tersebut sehingga tidak menguapkan air yang berada di sumur.
7.   KAWAH SILERI
Kawah Sileri merupakan kawah yang terluas di Dieng, yakni sekitar dua hektar. Kawah ini merupakan salah satu kawah paling berbahaya di Dieng. Kawah ini dinamakan Sileri karena jika tidak terdapat lumpur, air yang berada di kawah tersebut berwarna kelabu kental seperti leri (air cucian beras).
Kawasan Sileri adalah kawasan yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (tahun 1944, 1964, 1984, dan Juni 2003). Pada aktivitas freatik terakhir tanggal 26 September 2009, muncul 3 katup kawah yang baru yang disertai dengan pancaran material setinggi 200 meter.
8.   KAWAH SINILA
Kawah Sinila merupakan salah satu kawah yang paling berbahaya di kawasan Dieng sebab kawah ini mengeluarkan gas beracun yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Pada tahun 1979 terjadi gempa dahsyat sehingga menyebabkan kawah Sinila meletus dan menimbulkan rekahan memanjang melalui kawah timbang sehingga CO2 beracun banyak yang keluar dan penduduk banyak yang terjebak gas beracun. 149 orang menjadi korban jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar